Senin, 02 September 2013

Weleh Weleh.... Si Komo

Langit biru cerah dengan sedikit sapuan awan putih lembut ketika perahu kami merapat ke dermaga Pulau Komodo. Setelah 4 jam perjalanan dari Labuan Bajo dengan perahu, menyusuri gugusan pulau-pulau indah di area kepulauan komodo akhirnya tiba juga saat yang sudah saya impikan sejak lama. Melihat Komodo secara langsung. Salah satu spesies hewan tertua yang hingga kini masih hidup di bumi ini. 

Saya, Pagit dan Mba Efa melompat dari perahu, menjejakan kaki-kaki mungil kita di atas titian kayu yang memanjang membentuk dermaga. Berjalan dengan riang gembira menuju pintu masuk area konservasi komodo. Tiba-tiba seekor Komodo muncul, menghadang jalan masuk dengan pandangan sinis yang bikin hati langsung ciut. Memberi makna baru yang lebih pas untuk kata "judes". 

Komodo memang hewan besar yang tidak banyak bergerak dan tampak malas-malasan, tapi menurut hasil browsing-browsing saya, kalau hewan buas ini sudah bergerak bisa cepat sekali. Dalam sekejap mata bisa-bisa kaki kita sudah hilang di gigit. Hewan ini juga jago berenang di laut. Sebelum kita berangkat ke Pulau Komodo Pagit bertanya apa kita bisa snorkeling di pulau komodo situ? Saya cuman bilang, ya boleh aja sih kalo mau balapan renang sama komodo. 

Di saat kita lagi ragu-ragu dan merasa terintimidasi oleh tatapan galak komodo betina itu munculah seorang ranger (pemandu yang sudah dilatih khusus untuk menghadapi komodo) dengan tongkat kayu yang ujungnya bercabang dua, mirip galah untuk memetik mangga di atas pohon. Cabang di ujung kayu itu berfungsi untuk menahan leher komodo supaya gak bisa menjilat. Jadi kalau anjing kan kalau menjilat-jilat majikannya itu tandanya sayang, nah jangan di samakan sama komodo ya. Soalnya kalau sampai kena jilatan komodo itu bisa fatal banget, gak bisa cuman di basuh tanah 7 kali, malahan kalau dalam waktu 4 jam gak dapet pertolongan khusus kita bisa mati kena racun yang ada di lidahnya itu.

Ranger itu pun menyambut dan mempersilahkan kita bertiga untuk masuk dan melewati komodo yang lagi mejeng di pantai itu. "Jangan goyang-goyangin tas ya," kata ranger itu. Kita bertiga pun patuh, berjalan kaku melewati komodo yang hanya melirik jutek, berjingkat-jingkat sambil nunduk-nunduk sopan. Takut menyinggung perasaannya. 

"Itu dia mencium bau sesuatu yang ada di antara kapal-kapal itu," kata ranger berperawakan mungil itu sembari menunjuk ke jajaran perahu-perahu yang lagi parkir di dermaga, seolah-olah bisa membaca pikiran kita yang lagi bertanya-tanya ngapain ada komodo disitu. Ranger yang ternyata bernama Latif itu menjelaskan lebih lanjut, "komodo kan penciumannya bisa sampai 5 kilometer, ya tergantung angin juga sih, kadang bisa lebih jauh." 

Komodo Judes

Karena itu lah kalau ada wanita yang lagi datang bulang dilarang banget deket-deket komodo kalo gak mau langsung dicaplok gara-gara kecium bau darah. 

Latif mengantarkan kita bertiga menuju loket administrasi untuk membayar biaya-biaya masuk. Sebelum-sebelumnya kita bertiga survei di labuan bajo, kira-kira berapa biaya masuk yang harus kita keluarkan. Hasil survei itu membuat kita galau, konon menurut khalayak ramai mau masuk sana aja musti bayar sampai ratusan ribu per-orang. Ternyata pas kita sampai sana dan melakukan transaksi sendiri, murah bangeeettt... ternyata yang selama kita survei tanya-tanya di Labuan Bajo itu tarif masuk untuk turis asing, sementara untuk turis domestik bedanya jauh. *elus-elus dada, elus-elus dompet*

Sebelum mulai tracking pencarian komodo kita bertiga di briefing mengenai rute yang akan kita jalani. Ada rute gampang, menengah, dan susah. Yang membedakannya adalah jaraknya, dan juga possibility ketemu komodonya, walopun di setiap akhir kalimat penjelasan Latif selalu menambahkan "Ya belum pasti juga sih."

Contohnya nih.

"Nanti kita akan jalan ke sini," menunjuk suatu lokasi di peta yang gambarnya berupa kolam,"komodo-komodo biasanya suka menunggu mangsa disini karena disini tempat minum rusa, babi hutan dan hewan-hewan lainnya di pulau itu yang jadi buruan komodo. Biasanya sih ada. Ya tapi belum pasti juga sih."

Contoh lain.

"Di sini adalah dapur umum ranger, nah biasanya suka ada komodo disini nunggu jatah makanan. Ya tapi belum pasti juga sih."

Pokoknya tidak ada yang pasti kalau menurut Latif. Kita jadi ragu-ragu mau mulai tracking, takutnya udah capek-capek masuk hutan malah gak ketemu komodo.

Akhirnya setelah saya, pagit dan mba efa berdiskusi, kita memutuskan mengambil rute yang tingkat kesulitannya menengah. Eh bener aja, di tempat kolam air yang ditunjuk Latif, yang katanya suka ada komodo mengintai mangsa, kita gak nemu satu pun komodo.

Latif malah dengan semangat memperlihatkan sebuah pohon yang katanya adalah pohon bernama Palang Sandi. "Ini daunnya suka di pakai di acara gereja-gereja."

Mba efa yang rajin ke gereja berpikir keras, "oooo.... buat acara yang hari Rabu itu ya."

Sementara Pagit diam-diam masih mikir itu jenis tanaman yang biasa digunakan di kegiatan Pramuka soalnya ada kata-kata Palang nya dan ada kata-kata Sandi nya.

"Ini Palang Sandi," Latif masih ngotot seolah-olah mikir ini cewek-cewek kota kog bodoh-bodoh amat yak. "Palang Sandi itu biasa dipake di hari Minggu. Sandi kan Minggu."

Ternyata saudara-saudara, Latif itu okkots. Saya sih sudah curiga karena dia senantiasa menambahkan huruf G di kata-kata yang berakhiran N. Yang dimaksud nya dengan Palang itu ternyata adalah Palm. Dan Sandi itu adalah Minggu. Jadi tanaman itu tulisannya adalah Palm Sunday, dibaca Palang Sandi.

Mungkin dalam hati Latif berpikir, ini cewek-cewek kota kenapa bodoh-bodoh amat yak. Jelas-jelas Sandi itu Minggu, kalo Rabu yang namanya Wenesdi.

Dan kita pun meneruskan perjalanan kita menyusuri hutan-hutan. Kata Latif sebenarnya di kepulauan komodo ada 3 pulau yang dihuni oleh Komodo, yang sering dikunjungi wisatawan adalah Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang letaknya lebih dekat dengan labuan bajo. Sementara pulau satunya lagi itu jauh banget. Kita gak sempat ke Pulau Rinca, tapi kata Latif, komodo di pulau Rinca lebih kecil-kecil tapi lebih agresif. Kebanyakan insiden penyerangan komodo ke manusia terjadi di Pulau Rinca. Kondisi alamnya juga beda banget sama Pulau Komodo, kalau di pulau komodo adem, rindang, banyak pohon-pohonnya, sementara di Pulau Rinca itu adanya savana dan panas.

Sampai di atas bukit, kita bisa memandang pulau komodo dari atas. Kemudian tiba-tiba Latif menyuruh kita jangan berisik. Ternyata ada seekor komodo sedang leyeh-leyeh di antara rumput. Kepalanya aja yang keliatan lagi melongok-longok ke kiri dan kanan. Lagi-lagi kita terintimidasi oleh kegagahannya. 

Di atas bukit di Pulau Komodo

Pagit yang sedang merenung

Komodooooooo

Berusaha mendekati walopun sambil gemeteran
Kata Latif, walopun komodo itu sangat gesit dalam mengejar mangsanya tapi sebenarnya trik berburunya adalah menyamar jadi batu. Jadi komodo akan diam gak bergerak sama sekali sehingga mangsanya gak sadar kalau ada bahaya yang sedang mengincar nyawanya, mangsa pun lengah dan hap! komodo pun akan menerkamnya.

Konon populasi komodo di pulau itu ada ratusan, tapi karena mereka pemalu dan mungkin pas kita lewat lagi pada menyamar jadi batu makanya kita tidak melihat mereka. Tapi menurut Latif kita sudah sangat beruntung bisa lihat komodo yang diatas bukit itu. 

Di belakang dapur umum ranger, sesuai kata Latif, kita ketemu dua komodo lagi sedang tumpuk-tumpukan. Latif pun segera menghampiri sambil teriak-teriak, " woooi homooo." Soalnya menurut latif itu dua-duanya komodo jantan lagi peluk-pelukan, tapi ya gak gitu juga kali ya sampe musti teriak-teriak homo di muka komodo itu. Untung kayaknya mood mereka lagi bagus, jd cuman ngelirik judes males-malesan aja ke si Latif, coba kalo moodnya lagi jelek, pasti tuh langsung di cabik-cabik si Latif.

Komodo gay

Pagit, Mba Efa, Saya dan Latif

Pantai Komodo
Yang pertama menemukan hewan-hewan Komodo Dragon di Pulau Komodo ini adalah pelaut-pelaut Belanda waktu jaman kolonial dulu. Tapi sebenarnya penduduk lokal punya satu legenda tentang reptil raksasa ini. Jaman dahulu kala ada seorang putri yang melahirkan anak kembar, yang satu adalah manusia dan satu lagi adalah komodo. Karena rupanya yang menyeramkan maka komodo di kucilkan. 

Hingga suatu hari kembaran manusianya komodo sedang berburu dan nyaris membunuh komodo, munculah sang putri ibu mereka memberi tahu bahwa sebenarnya mereka bersaudara, jadi gak boleh saling menyakiti. Nah karena itulah di Pulau Komodo ini ada penduduk manusia yang hidup berdampingan dengan aman bersama Komodo tanpa saling menyakiti satu sama lain.

Tapi..tapi.. kalau manusia dan komodo tidak boleh saling menyakiti satu sama lain, trus kenapa hati ku masih sering disakiti sama buaya darat sih? kan sama-sama reptil *hiks 

34 komentar:

  1. wah lucky you..saya cuman nyampe labuan bajo kena malaria jadi balik ke jakarta sungguh sangat menyedihkan heheheh

    BalasHapus
  2. keren amat jilat doang bikin koit..?
    berarti persis buaya ya, keliatan lamban tapi bisa ngacir juga

    BalasHapus
  3. subhanallooohhhh subhanallloooohhhh beruntungnya dirimu Jeng Milaaaa.... sudah pernah ketemu komodo.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaa alhamdulillaaah... aku pengen ketemu orangutan nih abis ini. yuk yuk bareng yuk

      Hapus
  4. kata si komodo "jangan samakan aku dgn buaya darat!" hhihihii..

    Aku pas baca ini dr awal udah cengar cengir tp merinding. Mbayangin si muka komodo yg jutek.. hiiii...
    Aku catet bgt nih, klo lg datang bulan dilarang dkt2 komodo, bisa dicaplok... hiiiii.. *masih merinding*

    BalasHapus
    Balasan
    1. ih gimana sih mba, cenga cengir tapi kog merinding, aku jd bingung ngebayanginnya hahahaa

      Hapus
  5. kalimat di paragraf terakhir pasti curcol! *curcol detected* hahahaha....
    btw, si bang latif itu kliatannya ramah dan akrab yaaak, *negesin poto mila sebelahan sm bang latif*

    BalasHapus
  6. Mengerikan sekali ya komodo ini. Sangat peka dengan yang namanya darah. Tapi kalau bisa menjumpai komodo, pasti takjub dengan ukurannya yang besar. Belum lagi larinya yang juga lumayan kencang, menjadikan harus ekstra waspada dengan kehadiran hewan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, gede bangeeeettttt... yang aku liat kemaren ada kali panjangnya 3 meter

      Hapus
  7. mbak Mila....
    kok jadi ngomongin buaya??


    ^__^

    BalasHapus
  8. aku belum pernah ketemu komodo mbak, tapi kalau si komo udah hehehe. maaf mbak aku baru bisa mampir

    BalasHapus
    Balasan
    1. pasti kena macet ya mba waktu ketemu si komo hahahaa

      Hapus
  9. Seram ahhhhhh.... serasa jadi nyamuk deket cicak ...hiiiii

    BalasHapus
  10. kata komodo "biarpun sama2 reptil tapi aku kan bukan buaya" hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. komodonya ga mau disamain sama buaya darat ya? hahahaa

      Hapus
  11. komodo itu mirip biawak di belakang rumah gw deh. gedenya sama, hahahha..

    tapi gw kayaknya ga berani deh kesana. takut di jilat juga. serem ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. buset. biawak di belakang rumah lo panjangnya 3 meter? serem juga yak

      Hapus
  12. Iiihhh serem amat... kalau tiba2 komodonya ''iseng" dan pengen ngejar2 pengunjung yang intip2 dia gimana coba ? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah nasib deh itu namanya klo gitu mba hehehee

      Hapus
  13. Sudah kesampaian ke Komodo... kapan yaa aku bisa kesana juga.. tapi kudu diperhitungkan secara matang waktunya, jangan sampai pas bulanan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, aku waktu tu udah ngitung2 siklus bulanan aku bbrp bulan sebelomnya dan nge pas-in

      Hapus
  14. waah tutur bahasanya ceritanya enak mbaee..hehe.. statusisasi kontroversi yang handal.. #apaseeh.. hehe
    waktu aku kesana, panas bgt tpi menyenangkan yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahaha... masa sih.. bukannya gaya cerita aku itu malah mempertakutkan dan mempersuramkan keadaan di pulau komodo ya?
      iyaa seneng banget ketemu komodoooo

      Hapus
  15. Pejalan tangguh :)

    Ujung-ujungnya jadi curcol jugak. Gkgk

    BalasHapus
    Balasan
    1. di dalam hati semua pejalan tangguh ada hati yang rapuh :) #eaaa

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...